DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
i
LEMBAR JUDUL....................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... v
HALAMAN MOTTO.................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
KATA PENGANTAR......................................................................... ........... viii
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
ABSTRAKSI................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
I.1.
Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
I.2.
Identifikasi Masalah................................................................ 9
I.3.
Batasan Masalah...................................................................... 10
I.4. Perumusan Masalah................................................................. 12 I.5. Tujuan Penelitian 12
I.6.
Manfaat Penelitian.................................................................. 12
I.6.1.
Manfaat Teoritis ........................................................... 12
I.6.2. Manfaat Praktis............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI............................................................. 14
II.1.
Prokrastinasi Akademik......................................................... 14
II.1.1.Pengertian
Prokrastinasi Akademik ............................. 14
II.1.2.Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik................................. 15
II.1.3.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Prokrastinasi Akademik..............................................
17
II.1.4. Jenis-Jenis Tugas pada Prokrastinasi
Akademik.......... 18
II.1.5. Dampak Prokrastinasi Akademik................................ 19
II.2. Gaya Pengasuhan
Otoriter…………………………………. 19
II. 2. 1 Pengertian Gaya Pengasuhan Otoriter………………. 19
II. 2. 2 Ciri-ciri Gaya Pengasuhan Otoriter………………….. 21
II. 2. 3 Dampak Gaya Pengasuhan Otoriter…………………. 21
II.3. Hubungan antara variabel X dan Y....................................... 22
II.4. Hipotesis ............................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 25
III.1.
Jenis Penelitian..................................................................... 25
III.2.
Identifikasi Variabel Penelitian............................................ 25
III.3. Definisi Operasional Variabel.............................................. 26
III.4.
Populasi dan Subyek Penelitian........................................... 28
III.5.
Teknik Pengumpulan Data................................................... 29
III.6.
Validitas dan Reliabilitas..................................................... 31
III.6.1.
Validitas..................................................................... 31
III.6.2.
Reliabilitas.................................................................. 32
III.7.
Analisa Data......................................................................... 33
III.7.1.
Uji Prasyarat............................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 35
IV.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 35
IV.2.
Pelaksanaan Penelitian......................................................... 36
IV.2.1.
Persiapan Penelitian................................................... 36
IV.2.2.
Pelaksanaan Penelitian............................................... 38
IV.3.
Analisis Data........................................................................ 39
IV.3.1.
Validitas dan Reliabilitas........................................... 39
IV.3.2. Uji Normalitas............................................................ 42
IV.3.3. Uji Linearitas Hubungan............................................ 43
IV.3.4. Hasil Analisis Data....................................................... 45
IV.3.5
Uji Beda Rerata Empirik dan Hipotesis..................... 46
IV.3.6
Deskripsi Variabel Penelitian........................................ 49
IV.4.
Pembahasan.......................................................................... 51
BAB V PENUTUP 56
V.1.
Simpulan................................................................................ 56
V.2. Saran...................................................................................... 56
Daftar Pustaka 59
Lampiran-lampiran...................................................................................... 62
Surat Keterangan Melakukan Penelitian..................................................... 88
Keterangan Bimbingan
Skripsi................................................................... 89
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud serta syukur selalu ku
panjatkan atas nama Mu Ya Allah, alhamdulillah dengan ijin Mu dapat kupersembahkan karya sederhana
ini bagi orang-orang yang aku cintai, dan selalu ku banggakan.
Kupersembahkan karya sederhana
ini kepada:
Papa tercinta, Mama tersayang, Kakak Adik terkasih, kekasihku Febry Indra Permana
dan teman-temanku, yang juga sedang berjuang
untuk menyelesaikan skripsinya dan almamater kebanggaan,
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya.
ABSTRAKSI
Dian Satya Pertiwi, 2009.08.0.0018. Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orang Tua
Otoriter Dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa Angkatan 2009-2011 Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya.
xix+58 halaman, 62 lampiran
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Gaya
Pengasuhan Orang Tua Otoriter Dengan Kecenderungan Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa Angkatan 2009-2011
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah
Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa aktif
Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah
Surabaya angkatan 2009-2011. Jumlah subyek yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 130
mahasiswa. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi.
Alat pengumpul data menggunakan kuisioner dengan skala Likert, yang terdiri
dari skala gaya pengasuhan orang tua otoriter 22
butir dan skala kecenderungan prokrastinasi akademik 40
butir. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi
Product Moment dengan bantuan SPSS-17
yang menunjukkan skor koefisien korelasi rxy = 0,291
dengan (p)0,001 jadi p<0,05 (signifikan). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin otoriter gaya pengasuhan orang tua
yang di dapat oleh anak maka semakin tinggi pula kecenderungan
untuk melakukan prokrastinasi akademik
pada mahasiswa angkatan
2009-2011 Fakultas Psikologi Universitas
Hang Tuah Surabaya.
Kata Kunci : Gaya Pengasuhan
Otoriter, Prokrastinasi
Akademik, Mahasiswa
Daftar Pustaka : 35
(1979-2012)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Mahasiswa
adalah kelompok dalam generasi muda yang sedang belajar dan menuntut ilmu di Perguruan
Tinggi. Menurut
pemerintah RI No.30 Tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa biasanya
berusia 18 sampai 25 tahun. Dalam usia tersebut mahasiswa dapat digolongkan
dalam masa remaja akhir sampai dewasa awal atau bahkan hingga dewasa tengah
atau madya. Aktifitas mahasiswa adalah belajar, beberapa diantaranya
adalah belajar ilmu pengetahuan, belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat,
dan belajar untuk menjadi seorang pemimpin. Masa ini merupakan periode
penyesuaian diri terhadap pola kehidupan dan harapan baru, selain itu mahasiswa
juga diharapkan untuk dapat mengembangkan sikap baru dan nilai-nilai baru
sesuai dengan tugas yang baru. Hal ini berarti dalam usia ini kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa
remaja dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian dalam membuat
keputusan dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya (Santrock, 2002:73).
Mahasiswa
yang sudah berkomitmen dalam menjalani proses belajar di perguruan tinggi
pastinya memiliki harapan-harapan tertentu. Harapan itu muncul dari berbagai
sisi, dari diri individu tersebut ataupun dari lingkungan seperti keluarga,
instansi pendidikan, dan profesi. Beberapa harapannya adalah lulus tepat waktu
dan mendapatkan hasil akhir (IPK) yang memuaskan. Keberhasilan mahasiswa dalam
menempuh studi dapat dilihat dari prestasi akademik. Menurut Azwar (2005:35), pencapaian prestasi
akademik tidak terlepas dari beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
sosial, dimana mahasiswa memiliki banyak peran yang harus dijalankan. Pada kenyataannya
banyak hal yang menghambat tercapainya prestasi akademik tersebut.
Pada
umumnya mahasiswa menempuh program study S1 dengan jangka waktu 3,5 tahun
sampai 4 tahun, namun terkadang pada kenyataannya beberapa mahasiswa menyelesaikan
program studi S1 dengan waktu yang lebih lama dari batas waktu yang ditentukan.
Dari data mahasiswa aktif yang diambil dari Fakultas Psikologi Universitas Hang
Tuah Surabaya terdapat 5 mahasiswa angkatan 2006, 5 orang mahasiswa 2007, dan 9
mahasiswa angkatan 2008 yang masih terdaftar menjadi mahasiswa aktif pada
Fakultas Psikologi. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa adanya penundaan
yang dialami oleh beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah.
Perilaku menunda inilah yang dinamakan prokrastinasi akademik (Knaus 1979:87).
Prokrastinasi dalam American
College Dictionary (Burka & Yuen, 1983:5) berasal dari kata procrastinate yang diartikan menunda
untuk melakukan sampai waktu atau hari berikutnya. Orang
yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala-gejala
perilaku menunda lebih banyak dimanifestasikan dalam pendidikan yang sering
disebut prokrastinasi akademik. Menurut Wyk (dalam Ilfiandra 2010:6) terdapat tiga
karakteristik prokrastinasi yaitu: vocious cycles (lingkaran setan); unrealistic sense of time (pandangan yang tidak realistis terhadap
waktu); dependence of inspiration (ketergantungan inspirasi).
Prokrastinasi
akademik itu sendiri terjadi karena kebanyakan mahasiswa memiliki keyakinan
irrasional yang disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempresepsikan tugas
akademik. Apabila seseorang memandang bahwa tugas sebagai sesuatu yang berat
dan tidak menyenangkan, maka akan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
tugasnya secara memadai, sehingga menunda-nunda dalam menyelesaikan.
Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara pada salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Hang Tuah Surabaya berikut :
“iya, mbak,
kalau aku mending jalan-jalan dulu, atau memperbaiki mood dulu baru aku sentuh
tugas-tugasnya, ya biar moodnya bagus aja jadi ngerjainnya nanti setelah
moodnya bagus.” (komunikasi personal, 25 Okt 2012).
Menurut Ferrari dkk (1995:14) prokrastinasi akademik berdampak
negatif dan
merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh
bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi orang lain atau lingkungan berupa hasil
yang tidak optimal. Mahasiswa yang memiliki prestasi
yang baik belum tentu tidak pernah melakukan prokrastinasi, hanya saja kadarnya
berbeda.
Penelitian di Amerika Utara
menggambarkan keadaan pendidikan yaitu, kurang lebih 70% pelajar memunculkan
prokrastinasi. Konsekuensi negatif dari prokrastinasi ini seperti perfoma yang
kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif dan menurunnya
prestasi (Ellis & Knaus dalam Mayasari, 2010:96). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Rizvi, dkk. (1997:60) mengenai prokrastinasi akademik ditinjau
dari pusat kendali dan efikasi diri pada 111 mahasiswa Psikologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, di dapatkan hasil sebagai berikut: (1) 20,38% mahasiswa
telah melakukan prokrastinasi akademik, (2) didapat hubungan positif antara
prokrastinasi akademik dengan pusat kendali eksternal.
Penelitian Kartadinata
& Tjundjing (2008:109) di salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya terdapat
95% atau 60 subyek dari angket yang disebarkan mengaku pernah melakukan
prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa tersebut melakukan
prokrastinasi adalah rasa malas mengerjakan tugas (42%)
dan banyak tugas lain yang harus dilakukan (25%).
Adanya kecenderungan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah
Surabaya juga dibuktikan dengan hasil pra survey yang dilakukan oleh penulis. Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah memiliki sistem pendidikan yang menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS), yaitu yang memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk menempuh mata kuliah sesuai dengan indeks
prestasi yang dimiliki. Mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah tertentu
wajib mengulang mata kuliah yang dinyatakan tidak lulus pada tahun ajaran yang
sesuai dengan mata kuliah yang diulang. Hal ini menjadikan mahasiswa akan
terlambat untuk lulus tepat waktu, maka dari itu mahasiswa diharapkan mampu
mendapatkan nilai minimal C dalam setiap mata kuliah agar tidak mengulang untuk
memperbaiki nilai tersebut. Biasanya hal seperti ini dapat terjadi salah
satunya yaitu karena adanya penundaan dalam mengerjakan tugas, sehingga nilai
kurang memuaskan yang didapat oleh mahasiswa. Berikut fakta yang ditemukan oleh
penulis tentang penundaan dalam mengerjakan tugas.
Survey dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner yang mengacu pada indikator prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk (dalam Ghufron 2011:11) yaitu sebagai berikut: (1) penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas
yang dihadapi; (2) keterlambatan dalam mengerjakan tugas; (3) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja
aktual; (4) melakukan aktivitas yang
lebih menyenangkan.
Hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.1. Hasil
Prasurvei Tentang Proskrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Hang Tuah Surabaya
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
Sangat Tinggi
|
10 Subyek
|
16,7 %
|
Tinggi
|
6 Subyek
|
10 %
|
Sedang
|
29 Subyek
|
48,3 %
|
Kurang
|
15 Subyek
|
25 %
|
Rendah
|
-
|
-
|
Total
Subyek
|
60 Subyek
|
100 %
|
Dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada angkatan 2009-2011 Fakultas Psikologi
Universitas Hang Tuah terdapat 16,7% yang mengaku melakukan kecenderungan prokrastinasi
akademik dengan kategori sangat tinggi, terdapat 10% mahasiswa yang melakukan kecenderungan
prokrastinasi akademik dengan kategori tinggi, 48,3% mahasiswa melakukan kecenderungan
prokrastinasi akademik dengan kategori sedang, dan juga 25% mahasiswa melakukan
kecenderungan prokrastinasi akademik dengan kategori kurang. Jadi, dapat di
simpulkan dari 100% terdapat 75% atau dari 60 mahasiswa terdapat 45 mahasiswa
yang melakukan kecenderungan prokrastinasi akademik dalam kategori sangat
tinggi hingga sedang.
Menurut Bruno (1998:6) seorang
mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik disebabkan karena
pengaruh internal yang meliputi kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi
psikologis seperti rendahnya kontrol diri, dan penghargaan diri. Disamping
faktor internal menurut Flett dkk (dalam Tondok 2008:79), faktor eksternal juga
dapat memperkuat seseorang dalam melakukan
prokrastinasi akademik, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan. Salah
satu faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik adalah
gaya pengasuhan orang tua. Penelitian Ghufron (dalam Irmawati 2009:37) juga menemukan bahwa
bahwa penerapan disiplin orang tua atau gaya pengasuhan orang tua berpengaruh
pada tingkat prokrastinasi akademik remaja.
Gaya pengasuhan orang tua adalah pola
perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke
waktu. Setiap keluarga memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Gaya
pengasuhan orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua
dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama pengasuhan. Gaya pengasuhan
orang tua memiliki dampak yang sangat besar pada perkembangan sosial anak juga
dalam pembentukan kepribadian anak. Ferrari (dalam Yemima 2001:4) menjelaskan
bahwa prokrastinasi muncul tidak terlepas dari trauma masa kanak-kanak dan
kesalahan dalam pengasuhan anak. Anak cenderung dituntut oleh orang tua dalam bidang apapun
sehingga memunculkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberartian anak jika tidak
bisa memenuhi harapan para orang tua. Kecemasan, kekhawatiran, dan
ketidakberartian pada akhirnya memicu anak menunda-nunda melakukan pekerjaan.
Menurut Baumrind
(dalam Roudhotul 2012:85), terdapat 3 macam gaya pengasuhan orang tua terhadap
anaknya yaitu : gaya pengasuhan demokratis, gaya pengasuhan otoriter, dan gaya
pengasuhan permisif. Hasil
penelitian Ferrari dalam (Ghufron 2003:28) menemukan
bahwa tingkat pengasuhan otoriter dari ayah menyebabkan munculnya kecenderungan
prilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita. Setiap orang tua
pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, sehingga seringkali orang
tua menetapkan aturan-aturan dan disiplin untuk dipatuhi oleh anak. Seringkali apa yang dianggap baik oleh orang
tua belum tentu dianggap baik pula oleh anak, sehingga hukuman dan disiplin
yang diterima cenderung
dipahami negatif oleh
anak.
Dalam penelitian ini, faktor eksternal diangkat untuk diteliti, yaitu
gaya pengasuhan orang tua yang otoriter. Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya
pengasuhan yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Gaya
pengasuhan ini mempunyai hubungan satu arah antara orang tua dengan anak. Orang
tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang tua mungkin
berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya, karena
apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak.
Orang tua tidak mau repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru
akan menimbulkan serangkaian efek. Gaya pengasuhan otoriter biasanya berdampak
buruk pada anak, biasanya gaya pengasuhan seperti ini menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, gemar menentang, suka
melanggar norma-norma, berkepribadian lemah (Baumrind, dalam Roudhotul 2012:85).
Gaya pengasuhan orang tua otoriter merupakan aspek yang penting untuk disoroti
dalam kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik. Seseorang yang memiliki kecenderungan
prokrastinasi akademik yang tinggi atau rendah pasti tidak terlepas dari
kondisi keluarga anak tersebut. Ketika dalam pengasuhan
orang tua banyak memberikan dampak yang negatif kepada anak maka anak akan
merefleksikannya kepada dunia akademik. Hal ini juga terefleksi ketika anak
mendapatkan tugas dari guru, dosen atau pengajar lainnya, anak cenderung
melakukan prokrastinasi akademik atau tidak dalam melakukan tugasnya, ini bisa
terjadi karena anak terbiasa diperlakukan demikian didalam lingkungan keluarga.
Dari
latar belakang diatas gaya pengasuhan
orang tua yang otoriter dapat menjadi salah satu faktor penyebab kecenderungan prokrastinasi
akademik karena pada dasarnya tingkat pengasuhan otoriter dapat menyebabkan
munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis, sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti “apakah ada hubungan antara gaya pengasuhan orang tua
yang otoriter dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa angkatan 2009-2011 Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya”.
I.2 Identifikasi Masalah
Prokrastinasi dalam American
College Dictionary (Burka & Yuen, 1983:5) berasal dari kata procrastinate yang diartikan menunda
untuk melakukan sampai waktu atau hari berikutnya. Orang
yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala-gejala
perilaku menunda lebih banyak dimanifestasikan dalam pendidikan yang sering
disebut prokrastinasi akademik.
Menurut Ferrari dkk (1995:14) prokrastinasi akademik berdampak
negatif dan
merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena berpengaruh
bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi orang lain atau lingkungan berupa hasil
yang tidak optimal. Mahasiswa yang memiliki prestasi
yang baik belum tentu tidak pernah melakukan prokrastinasi, hanya saja kadarnya
berbeda.
Menurut Bruno (1998:6)
seorang mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik karena pengaruh
internal yang meliputi kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi psikologis
seperti rendahnya kontrol diri, dan penghargaan diri. Disamping faktor internal
menurut Flett dkk (dalam Tondok 2008:79), faktor eksternal juga dapat
memperkuat seseorang dalam melakukan
prokrastinasi akademik diantaranya adalah gaya pengasuhan orang tua. Penelitian Ghufron (dalam Irmawati 2009:37) juga
menemukan bahwa penerapan disiplin orangtua atau gaya pengasuhan orang tua berpengaruh
pada tingkat prokrastinasi akademik remaja.
Peneliti mengambil salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi prokrastinasi akademik yaitu gaya pengasuhan orang tua.
Ada tiga tipe gaya pengasuhan orang tua, gaya pengasuhan otoriter, demokratis,
dan permisif. Setiap orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, sehingga
seringkali orang tua menetapkan aturan-aturan dan disiplin untuk dipatuhi oleh
anak. Seringkali apa yang
dianggap baik oleh orang tua belum tentu di anggap baik pula oleh anak,
sehingga hukuman dan disiplin yang diterima anak cenderung dipahami negatif.
Gaya pengasuhan
otoriter akan membentuk karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah. Hasil penelitian Ferrari dalam (Ghufron
2003:28) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter
dari ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang
kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan
otiritatif ayah menghasilkan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu yang
memiliki kecenderungan melakukan avoidance
procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan avoidance procrastination pula.
I.3
Batasan Masalah
Peneliti menetapkan batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan
agar masalah yang diteliti memperoleh gambaran dan hasil yang lebih akurat.
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif studi hubungan korelasional.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi angkatan
2009-2011 Universitas Hang Tuah Surabaya yang terdaftar aktif dalam kegiatan
akademik. Peneliti mengambil mahasiswa angkatan 2009-2011 karena menurut
Solomon dan Rothblum (1984:506) tingkat prokrastinasi akademik seseorang akan
semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi seseorang. Jika pada awal
masuk telah memiliki kecenderungan prokrastinasi, maka diasumsikan akan
berdampak pada tingkatan selanjutnya.
Masalah pada
penelitian ini dibatasi pada hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dengan kecenderungan
prokrastinasi akademik. Adapun batasan-batasan dalam penulisan ini yaitu:
1) Prokrastinasi akademik adalah perilaku
menunda mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Seseorang memandang bahwa tugas
sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan, oleh karena itu seseorang
merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga
menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas (Ahmaini 2010:3). Ciri-ciri dari prokrastinasi akademik yaitu penundaan untuk
memulai maupun menyelesaikan kerja atau tugas, keterlambatan dalam mengerjakan
tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, serta melakukan
aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas.
2)
Gaya pengasuhan orang tua
otoriter adalah gaya pengasuhan yang cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti. Gaya pengasuhan ini mempunyai hubungan satu arah antara
orangtua dengan anak. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti
aturan yang ditetapkannya, karena apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua
semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tidak mau repot berpikir bahwa
peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek. Gaya
pengasuhan otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, biasanya gaya pengasuhan
seperti ini menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah.
I.4
Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian
ini adalah “apakah ada hubungan antara gaya pengasuhan
orang tua yang otoriter dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa angkatan 2009-2011 Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya ?”.
I.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara gaya
pengasuhan orang tua yang otoriter dengan kecenderungan prokrastinasi akademik
pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya angkatan 2009-2011.
I.6. Manfaat Penelitian
I.6.1 Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya dan menambah sumbangan
ilmiah, wawasan dan informasi bagi bidang psikologi, khususnya psikologi
pendidikan dengan tema kecenderungan prokrastinasi
akademik dan gaya pengasuhan orang tua otoriter.
I.6.2 Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Subyek Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah tentang
hubungan antara kecenderungan prokrastinasi akademik dengan gaya pengasuhan
orang tua yang otoriter.
b.
Bagi
Peneliti lain
Bagi peneliti lain diharapkan agar
penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan penelitian
selanjutnya jika tertarik meneliti mengenai kecenderungan prokrastinasi
akademik dan gaya pengasuhan orang tua otoriter.
c.
Bagi
Orang Tua
Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi bagi para orang tua tentang kecenderungan prokrastinasi
akademik, khususnya yang disebabkan oleh gaya pengasuhan otoriter orang tua.
BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1 Prokrastinasi Akademik
II. 1. 1 Pengertian prokrastinasi
akademik
Prokrastinasi dalam American College Dictionary berasal dari kata procrastinate yang diartikan menunda untuk melakukan sampai waktu
atau hari berikutnya (Burka & Yuen 1983:5). American Heritage
Dictionary of the English Languange mengartikan prokrastinasi adalah melakukan sesuatu tindakan sampai
tanggal yang akan datang, menunda atau
menunda sia-sia,
Milgram & Mowrer (dalam Ermandasari 2012:26). Istilah
prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau
bergerak maju dan akhiran crastinus
yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan
atau menunda sampai hari berikutnya.
(http://www.carleton.ca/~tpychyl/history.html/)
Prokrastinasi dapat dilakukan pada semua jenis
pekerjaan. Prokrastinasi pada bidang akademik yang umumnya dilakukan pada
pelajar atau mahasiswa disebut dengan prokrastinasi akademik (Burka & Yuen
1983:120). Senada dengan pendapat diatas, Miligram, Mey
tal dan Levison (dalam Charlebois 2007:25) mengungkapkan prokrastinasi akademik
adalah salah satu tipe prokrastinasi dari lima tipe prokrastinasi yang ada. Empat
prokrastinasi lainnya adalah prokrastinasi umum atau prokrastinasi rutinitas
kehidupan, prokrastinasi dalam membuat keputusan, prokrastinasi neurotis dan
prokrastinasi kompulsif atau disfungsional. Karakteristik prokrastinasi
akademik yang membuat prokrastinasi ini berbeda dari prokrastinasi lainnya
adalah prokrastinasi ini khusus terjadi pada konteks tugas-tugas akademis.
Ghufron (2003:13)
mengatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah salah satu perilaku yang tidak
efisien dalam penggunaan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera
memulai pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas. Burka dan Yuen (1983:121)
mengatakan bahwa tugas-tugas akademik yang sering diprokrastinasi antara lain
menghindari kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar untuk ujian,
menulus paper (karangan), mendaftar
kuliah, konsultasi dengan guru atau dosen, mengembalikan buku perpustakaan, dan
melengkapi program kelulusan (menyelesaikan karya ilmiah/skripsi/tesis,
presentasi).
Berdasarkan
pendapat para ahli prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan
pada tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, sebagai contoh mahasiswa
cenderung menunda sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan demi melakukan
aktifitas lain yang lebih menyenangkan.
II. 1. 2 Ciri-Ciri
Prokrastinasi Akademik
Ferrari,dkk (dalam Ghufron, 2003:11) mengatakan bahwa sebagai
suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam
indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya yaitu berupa:
1.
Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja
pada tugas yang dihadapi. Artinya adalah ketika mahasiswa mendapatkan tugas tidak langsung
memulai untuk mengerjakan.
2.
Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Artinya adalah mahasiswa seringkali
mengerjakan tugas dengan menggunakan batas waktu akhir.
3.
Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja
aktual. Artinya
adalah mahasiswa membuat rencana untuk mengerjakan namun tidak terlaksana
dengan baik, sehingga membuat tugas menumpuk dan terjadi penundaan.
4.
Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Artinya adalah seringkali mahasiswa
melakukan hal yang lebih menyenangkan terlebih dahulu baru mengerjakan tugas,
misalnya lebih memilih keluar dengan teman sebaya daripada memulai mengerjakan
tugas.
Menurut Young (dalam Ahmaini 2010:32) karakteristik orang
yang melakukan perilaku menunda yaitu:
1.
Kurang
dapat mengatur waktu.
2.
Percaya
diri yang rendah.
3.
Menganggap
diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas.
4.
Keras
kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat memaksanya mengerjakan
pekerjaan.
5.
Memanipulasi
tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpa
adanya dia.
6.
Menjadikan
penundaan sebagai coping untuk
menghindari tekanan.
7.
Merasa
dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa tidak dapat mengerjakan
sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain.
Berdasarkan
penuturan para ahli, ciri-ciri prokrastinasi akademik dapat dilihat dari adanya
suatu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang
dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara
rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.
II.
1. 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik
Menurut
McCown (dalam Ferrari dkk, 1995:14) faktor dari
dalam diri individu mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik, beberapa diantaranya
berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya fatique. Seseorang yang mengalami fatique, misalnya karena kuliah dan
bekerja paruh waktu. Hal ini akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi
untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak. Prokrastinasi sering dipersepsikan oleh
individu terhadap suatu tugas. Faktor yang mempengaruhi adalah kekurangan motivasi (Briordy, dalam
Febrianti 2009:37) dan paham tentang kesempurnaan juga ketakutan dalam
kegagalan.
Menurut Green (dalam Ghufron
2003:28) berbagai hasil penelitian juga menentukan aspek-aspek lain pada diri
individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan
perilaku prokrastinasi antara lain, rendahnya kontrol diri, Locus of Control (LOC), efikasi diri
yang rendah dan regulasi diri yang kurang baik. Penelitian Ferrari (dalam
Ghufron 2003:28) juga menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter dari ayah
menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada
subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otiritatif ayah
menghasilkan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki
kecenderungan melakukan avoidance
procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan avoidance procrastination pula.
Ditambahkan oleh (Burka &Yuen, 1983:103) bahwa kondisi lingkungan yang
tingkat pengawasannya rendah atau kurang akan menyebabkan timbulya
kecenderungan prokrastinasi, dibandingkan dengan lingkungan yang penuh pengawasan.
Berdasarkan pernyataan di
atas dapat disimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan prokrastinasi akademik
yaitu faktor internal yaitu kondisi fisik seperti kelelahan (fatique), dan kondisi psikologis seperti
rendahnya kontrol diri, Locus of Control (LOC), efikasi diri yang rendah, regulasi
diri yang kurang baik, dan motivasi. Faktor
eksternal yang terdiri dari lingkungan, dan gaya pengasuhan orang tua.
II. 1. 4 Jenis-Jenis
Tugas pada Prokrastinasi Akademik
Solomon
dan Rothblum (1984:504) secara lebih jelas membagi kinerja tugas akademik dalam
beberapa area yang lebih spesifik yaitu :
1.
Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan tugas menulis
makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya;
2.
Belajar menghadapi ujian, meliputi penundaan belajar ketika menghadapi ujian
tengah semester, akhir semester atau kuis;
3.
Membaca, menunda membaca buku, jurnal, referensi yang berkaitan dengan tugas
akademik;
4.
Tugas administratif, meliputi menyalin catatan kuliah, mendaftarkan
diri dalam presensi, daftar praktikum;
5.
Menghadiri pertemuan, penundaan
atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dan lain-lain, dan
6.
Kinerja akademik secara keseluruhan, menunda kewajiban mengerjakan atau
menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik bisa terjadi pada enam area, yaitu :
tugas menulis, tugas belajar menghadapi ujian, tugas membaca, kerja tugas
administratif, menghadiri pertemuan akademik dan kinerja akademik secara
keseluruhan.
II. 1. 5 Dampak Prokrastinasi
Akademik
Perilaku menunda dapat mempengaruhi
keberhasilan akademik dan pribadi individu Knaus (dalam Ahmaini 2010:33). Sirois (2004:33)
mengemukakan konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu: (1) performa
akademik yang rendah, (2) stres yang tinggi, (3) menyebabkan penyakit, dan (4) kecemasan
yang tinggi.
II. 2 Gaya Pengasuhan Otoriter
II. 2. 1 Pengertian Gaya Pengasuhan Otoriter
Menurut Baumrind (dalam Santrock
2003:185) Gaya pengasuhan authoritarian (otoriter) adalah gaya yang membatasi dan bersifat
menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk
menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat authoritarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap
remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pengasuhan authoritarian berkaitan dengan perilaku
sosial remaja yang tidak cakap.
Menurut Baumrind yang dikemukakan oleh G. Peterson (dalam Roudhotul
2012:85). Gaya
pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang cenderung menetapkan standar
yang mutlak harus dituruti. Gaya pengasuhan ini mempunyai hubungan satu arah
antara orangtua dengan anak. Orang tua tidak mau repot berpikir bahwa peraturan
yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek.
Hurlock
(1980:125) mengatakan bahwa disiplin otoriter orang tua adalah menetapkan
aturan-aturan dan memberitahukan anak bahwa anak harus mematuhi
peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak,
mengapa anak harus patuh dan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat tentang adil tidaknya peraturan atau apakah peraturan itu masuk akal
atau tidak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa, gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang
menerapkan sistem satu arah, bersifat tegas, kaku dengan aturan-aturan yang
mutlak harus dituruti dan bersifat membatasi juga menghukum.
II. 2. 2 Ciri-Ciri Gaya Pengasuhan Otoriter
Orang
tua tipe otoriter cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang tua mungkin
berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya, karena
apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak
(Baumrind, dalam Roudhotul 2012:85).
Ciri-ciri gaya pengasuhan otoriter
menurut Badingah (1993:37), yaitu kekuasaan orang tua dominan, anak tidak
diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang
tua menghukum anak jika anak tidak patuh.
Berdasarkan keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa gaya pengasuhan otoriter memiliki ciri-ciri yang cenderung
memaksa, memerintah tanpa harus memberi alasan yang jelas, menghukum jika anak
tidak menaati aturan, kaku, keras.
II. 2. 3 Dampak Gaya Pengasuhan Otoriter pada Anak
Gaya
pengasuhan otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, biasanya gaya
pengasuhan otoriter menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah
(Baumrind, dalam Roudhotul 2012:85).
Menurut Alibata (2002:1), anak dengan pola asuh otoriter akan
menjadi tergantung, pasif, kurang bisa bersosialisasi, kurang percaya diri,
kurang memiliki rasa ingin tahu dan kurang mandiri.
Berdasarkan keterangan diatas gaya
pengasuhan otoriter memberikan dampak yang buruk bagi anak, anak akan cenderung
kurang percaya diri, kurang mandiri, rendah diri, gemar menentang, dan
melanggar norma-norma.
II. 3 Hubungan Antara gaya pengasuhan orang tua otoriter
dan kecenderungan prokastinasi akademik.
Keluarga adalah tempat yang pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkambangan anak. Lingkungan keluarga
adalah lingkungan pertama anak untuk belajar banyak hal. Anak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik ketika orang tua memberikan pengasuhan yang baik
pula.
Setiap orang tua pasti menginginkan hal yang
terbaik untuk anak, sehingga seringkali
orang tua menetapkan aturan-aturan dan disiplin untuk dipatuhi oleh anak. Seringkali apa yang dianggap baik oleh orang
tua belum tentu dianggap baik pula oleh anak, sehingga hukuman dan disiplin
yang anak terima cenderung
dipahami negatif.
Gaya pengasuhan otoriter
adalah gaya pengasuhan yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti. Gaya pengasuhan ini mempunyai hubungan satu arah antara orang tua
dengan anak. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang
tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang
ditetapkannya, karena apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata
demi kebaikan anak. Orang tua tidak mau repot berpikir bahwa peraturan yang
kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek. Gaya pengasuhan
otoriter biasanya berdampak buruk pada anak. Gaya pengasuhan seperti ini
menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, gemar
menentang, suka melanggar norma-norma, dan berkepribadian lemah. Dalam menetapkan gaya
pengasuhan otoriter terdapat beberapa ciri-ciri orang tua yang melakukan gaya
pengasuhan otoriter yaitu, kekuasaan orang tua dominan, anak tidak diakui
sebagai pribadi, dan kontrol terhadap perilaku anak sangat ketat. Hal tersebut
yang akhirnya mampu mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi pada anak. Melalui
penelitian ini akan dapat dilihat sejauh
mana hubungan antara gaya pengasuhan otoriter yang diterima oleh anak
mempengaruhi prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi
akademik adalah salah satu perilaku yang tidak efisien dalam penggunaan waktu
dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai pekerjaan ketika menghadapi
suatu tugas. Orang
yang melakukan perilaku menunda disebut penunda (prokrastinator). Gejala-gejala perilaku
menunda lebih banyak dimanifestasikan dalam pendidikan yang sering disebut
prokrastinasi akademik. Prokrastinasi
akademik itu sendiri terjadi karena kebanyakan mahasiswa memiliki keyakinan irasional
yang disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempresepsikan tugas akademik.
Apabila seseorang memandang bahwa tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak
menyenangkan, maka akan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas secara
memadai, sehingga memunculkan perilaku menunda dalam menyelesaikan tugas.
Dinamika psikologis menggambarkan hubungan antara gaya pengasuhan orang tua yang otoriter dengan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa. Apabila anak mendapatkan gaya pengasuhan otoriter yang
tinggi maka kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik semakin tinggi pula.
Hal ini dapat terjadi karena salah satu faktor yang menyebabkan prokrastinasi
akademik adalah faktor eksternal yaitu faktor gaya pengasuhan orang tua. Gaya
pengasuhan orang tua yang memberikan dampak pada prokrastinasi akademik adalah
gaya pengasuhan otoriter, sesuai dengan hasil penelitian Ferrari dalam (Ghufron 2003:28) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter dari ayah
menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada
subyek penelitian anak wanita. Menurut Lay
(dalam Pychyl,dkk
2002:272) tingginya
harapan dan kritik orang tua akan menjadikan mahasiswa melakukan kecenderungan
prokrastinasi akademik.
II. 4 Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
gaya pengasuhan orang tua yang otoriter dengan prokrastinasi akademik. Artinya
semakin tinggi gaya pengasuhan otoriter yang diterima anak maka semakin tinggi
tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa, dan sebaliknya semakin rendah
gaya pengasuhan otoriter yang diterima maka semakin rendah pula tingkat
prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
BAB III
III. 1 Jenis
Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik (Sugiono 2008:7). Jenis penelitian ini termasuk penelitian
korelasional. Penelitian
korelasional bertujuan mengetahui sejauhmana variasi pada satu variabel
berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan
koefisien korelasi (Azwar, 2007:8). Dalam hal ini variabel X adalah gaya
pengasuhan orang tua otoriter dan variabel Y adalah prokrastinasi akademik.
Disebut penelitian korelasional karena
penelitian ini bertujuan menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel
yaitu gaya pengasuhan orang tua otoriter sebagai variabel X, dan kecenderungan prokrastinasi akademik sebagai
variabel Y.
III. 2 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiono 2008:38). Identifikasi
variabel-variabel penelitian perlu ditentukan sebelum pengumpulan data
dilakukan. Pengidentifikasian variabel penelitian akan membantu dalam penentuan
alat pengumpul data dan tehnik analisis data yang relevan dengan tujuan
penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Variabel bebas (X) :
Gaya Pengasuhan Orang tua
Otoriter
2.
Variabel terikat (Y) : Kecenderungan Prokastinasi Akademik
Adapun hubungan antara variabel X dan Y
digambarkan sebagai berikut:
|
|
||||
Gambar 3.1.
Skema Hubungan Antara Variabel X dan Y
III. 3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi
yang menyatakan seperangkat petunjuk atau keriteria atau operasi yang lengkap
tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki
rujukan-rujukan empiris (artinya, penulis harus bisa menghitung, mengukur,
atau, dengan cara yang lain, dapat mengumpulkan informasi melalui penalaran)
(Silalahi 2009:120). Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.
Gaya Pengasuhan Orang Tua Otoriter
Untuk
mengukur gaya pengasuhan orang tua otoriter pada mahasiswa psikologi angkatan 2009-2011 Universitas
Hang Tuah Surabaya, peneliti menggunakan kuisioner ciri-ciri
gaya pengasuhan otoriter menurut Badingah (1993:37), yaitu :
1.
Kekuasaan
orang tua dominan, artinya orang
tua memiliki tuntutan tinggi untuk anak.
2.
Anak
tidak diakui sebagai pribadi, artinya
anak tidak memiliki hak untuk memenuhi keinginannya.
3.
Kontrol
terhadap tingkah laku anak sangat ketat, artinya tingkah laku anak sangat terbatas dan cenderung diatur oleh orang
tua.
b.
Prokrastinasi
Akademik
Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada tugas
formal yang berhubungan dengan tugas akademik, sebagai contoh mahasiswa
cenderung menangguhkan sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan demi
melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan. Prokrastinasi
akademik memiliki indikator-indikator
yaitu sebagai berikut: Ferrary dkk (dalam Gufron 2003:15)
1.
Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja
pada tugas yang dihadapi.
Artinya adalah ketika mahasiswa mendapatkan tugas tidak langsung memulai untuk
mengerjakan.
2.
Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Artinya adalah mahasiswa seringkali
mengerjakan tugas dengan menggunakan batas waktu akhir.
3.
Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja
aktual. Artinya adalah mahasiswa membuat rencana untuk
mengerjakan namun tidak terlaksana dengan baik, sehingga membuat tugas menumpuk
dan terjadi penundaan.
4.
Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Artinya adalah
seringkali mahasiswa melakukan hal yang lebih menyenangkan terlebih dahulu baru
mengerjakan tugas, misalnya lebih memilih keluar dengan teman sebaya daripada
memulai mengerjakan tugas.
III. 4 Populasi dan Subyek Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti (Sugiono 2011:80). Menurut (Azwar 2007:77) populasi adalah kelompok
subyek yang hendak dikenai generalisai hasil penelitian. Populasi dibatasi
sebagai jumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Menurut
Arikunto (2002:108) apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Studi/penelitiannya disebut dengan studi populasi/studi sensus.
Dalam
penelitian ini subyek penelitiannya adalah yang memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) seluruh mahasiswa angkatan 2009 sampai 2011 Fakultas Psikologi
Universitas Hang Tuah Surabaya yang masih aktif yang berjumlah 130 mahasiswa,
dan (2) yang mendapatkan gaya pengasuhan otoriter. Mengingat semua subyek di
dalam populasi dijadikan sebagai subyek dalam penelitian ini, maka penelitian
ini menggunakan studi populasi.
III. 5
Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala yang terdiri
skala prokrastinasi akademik dan gaya pengasuhan orang tua yang demokratis,
otoriter dan permisif. Tujuannya adalah untuk mengetahui gaya pengasuhan apa
yang diterima oleh responden, sehingga ditemukan beberapa responden yang
mendapatkan gaya pengasuhan orotiter.
Skala
tersebut disusun menggunakan skala Likert.
Melalui Skala Likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun aitem-aitem instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Peneliti menggunakan skala Likert
(Sugiyono, 2011:93).
Aitem-
aitem yang mendukung pernyataan (favorable)
dan aitem-aitem yang tidak mendukung pernyataan (unfavorable) yang disusun secara acak. Penilaian pada aitem
(skoring) pada aitem yang mendukung pernyataan (favorable), bergerak antara rentang 5 sampai dengan 1 dengan kategori jawaban sebagai berikut:
jawaban SS (Sangat Setuju) = 5, S (Setuju) = 4, R (Ragu-ragu)= 3, TS (Tidak Setuju)=2, dan STS (Sangat
Tidak Setuju)=1. Penilaian jawaban pada aitem (skoring) pada aitem yang tidak
mendukung pernyataan (unfavorable),
bergerak antara 1 sampai dengan 5 dengan
kategori jawaban sebagai berikut: jawaban SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju)=
2, R(Ragu-ragu) = 3, TS (Tidak Setuju)= 4, dan STS (Sangat Tidak Setuju)=5.
Skala
pengukuran untuk mengumpulkan data tentang gaya pengasuhan orang tua
menggunakan skala gaya pengasuhan orang tua yang terdiri dari 33 aitem,
sedangkan skala prokrastinasi akademik mahasiswa terdiri dari 40 aitem.
Tabel 3.1 Blueprint Gaya Pengasuhan Orang Tua
Otoriter
No.
|
Indikator
|
Nomor Aitem
|
Jumlah
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
|||
1.
|
Kekuasaan
orang tua dominan
|
4, 10, 16, 20
|
2, 3, 18
|
7
|
2.
|
Anak tidak diakui secara probadi
|
7, 13, 15
|
5, 6, 9
|
6
|
3.
|
Kontrol terhadap tingkah laku anak yang
ketat
|
11, 14, 19, 21, 22
|
1, 8, 12,17
|
9
|
|
Jumlah
|
22
|
Tabel 3.2. Blueprint Skala Kecenderungan Prokrastinasi
akademik
Indikator
|
Nomor Aitem
|
Jumlah
|
|
Favourable
|
Unfavourable
|
||
Penundaan tugas akademik
|
1,2,3,4,5
|
6,7,8,9,10
|
10
|
Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
|
11,12,13,14,15
|
16,17,18,19,20
|
10
|
Keterlambatan dalam
mengerjakan tugas akademik
|
21,22,23,24,25
|
26,27,28,29,30
|
10
|
Melakukan aktivitas
lain
|
31,32,33,34,35
|
36,37,38,39,40
|
10
|
Jumlah
|
40
|
III. 6 Validitas dan Reliabilitas
III. 6. 1 Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar
2012:8). Validitas
alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) yaitu
sejauh mana elemen-elemen dalam instrument ukur benar-benar relevan dan merupakan representasi dari
konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2012:111). Validitas isi
menunjukkan sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal apabila dilihat
dari isinya memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas isi digunakan
karena peneliti menggunakan blue print
sehingga tetap sesuai dengan batasan tujuan pengukuran dan diharapkan dapat
mengukur ciri-ciri atribut yang akan diukur. Selanjutnya untuk menilai
ketetapan isi butir soal dapat dilakukan oleh seorang ahli yang profesional (professional judgement) (Azwar, 2012:42).
Peneliti
menggunakan teknik uji validitas untuk mengetahui ketepatan data. Uji validitas
digunakan untuk mengestimasi
adanya indeks daya diskriminasi aitem. Indeks daya diskriminasi aitem
merupakan keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala
secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem-total.
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri.
Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix).
Formula Pearson untuk komputasi koefisien korelasi
aitem-total, adalah :
Keterangan:
rix = Koefisien korelasi antara skor aitem
dengan skor total
Si = Jumlah skor aitem
Sx = Jumlah skor total
N = Jumlah subjek
Perhitungan uji kesahihan butir (aitem) dalam penelitian
ini menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS
(Statistical Program for Social Science)
yang merupakan suatu software komputer yang berfungsi menganalisis data
statistik (Nugroho, 2011:27).
III. 6. 2 Reliabilitas
Menurut (Arikunto, 2002:154) reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Menurut Azwar (2012:7)
reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan alat ukur, artinya
sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan reliabilitas instrumen internal karena perhitungannya dilakukan
berdasarkan data dari alat ukur tersebut yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Peneliti menggunakan Alpha Cronbach karena alat ukur
berbentuk rating scale yang dalam
pengukurannya bervariasi dari rentang 0 sampai dengan 1,00. Suatu aitem
pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki nilai konsistensi alpha (α) ≥ 0,6 atau (α) ≥ rtabel. Adapun rumus reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan:
α :
reliabilitas instrumen
c :
banyaknya butir soal
: jumlah varians butir
:
varians total
III. 7 Analisis
Data
Kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan (Sugiyono, 2011:95).
Sebelum
analisa data maka dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat analisa yaitu uji
normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan antara variabel X dengan
variabel Y. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel X dan Y adalah korelasi Product
Moment dari Pearson. Asumsi memakai analisis Product Moment karena kedua variabel berhubungan secara linier dan
kedua variabel berdistribusi normal. Adapun rumus korelasi product moment
tersebut adalah sebagai berikut :
Keterangan:
: koefisien
korelasi antara skor variabel X dan skor variabel Y
: jumlah
skor variabel X
: jumlah skor variabel Y
: jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y
2 : jumlah kuadrat skor variabel X
2 : jumlah kuadrat skor variabel Y
N : jumlah subyek
III. 7. 1 Uji Prasyarat
1.
Uji Normalitas
Uji ini
bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor ubahan, selain
itu untuk menguji seberapa jauh penyimpangan tersebut. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui kenormalan distribusi sebaran ubahan. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui
semua variabel yang akan diukur apakah mengikuti hukum sebaran normal baku (normal distribution).
Dalam penelitian ini, uji normalitas akan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov, dengan kaidah
apabila nilai p ≥ 0,05 maka distribusi data bersifat normal, sebaliknya apabila
nilai p ≤ 0,05 maka distribusi data bersifat tidak normal.
2.
Uji Linieritas
Uji lineritas adalah pengujian untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan bersifat liner antara variabel yang akan
diteliti. Hubungan antara dua variabel dinyatakan linear dalam uji linearitas via
Anova apabila taraf signifikansi (p)
linearity < 0,05, atau taraf signifikansi (p) deviation from linearity > 0,05.
Keseluruhan teknik
analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan program Seri Program Statistik (versi 17).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmaini, Dini. 2010. Perbedaan prokrastinasi akademik antara
mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi
kemahasiswaan USU. Sumatera Utara.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
(Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta:Rineka Cipta.
Azwar,
S. 2007. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bruno, F.J. (1998). Stop Procrastinating. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Burka, J.B., &
Yuen, L.M. 1983. Procrastination: Why you do it. What to do
about it. New York : Perseus Books
Charlebois,K.J. (2007). Doing Tomorrow What Could Be Done Today: an
Investigation og Academic Procrastination. [on-line]. Tanggal akses: 14 Okt
2012. Avaiable FTP: www.proquest.com.
Chaplin,J. P. 2008. Kamus Psikologi Lengkap.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Ermandasari, Defita. 2012.
“Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan
Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya”. Skripsi. Surabaya:Universitas Hang
Tuah.
Febrianti, Irmawati D.
2009. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik
Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro
Ferrari, J. R., Johnson,J. L., & Mc Cown, W. (1995). Procrastination and Task Avoidance: Theory,
Research, and Treatment. New York: Plenum Press.
Ghufron, M. Nur. (2003).
“Hubungan Kontrol Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua
Dengan Prokrastinasi Akademik”, Tesis. Jogjakarta:
Universitas Gajah Mada.
Gunarsa, Singgih D. 2002. Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Husetia, Yemima. 2001. Hubungan Asertivitas Dengan Prokrastinasi Akademik
Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. [on line].
Tanggal 14 Okt 2012. http://eprints.undip.ac.id/24780/
Hadi, S. (2000). Seri
Program Statistik Manual. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Ilfiandra. (2010). Penanganan
Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas: Konsep dan Aplikasi.
Diambil pada tanggal 14 Februari 2011 dari http://www.osun.org//journalprokrastinasi.pdf
Kartadinata, I, &
Tjundjing, Sia. 2008. I love you tomorrow: Prokrastinasi akademik dan manajemen
waktu. Anima: Indonesian Psychological Journal 2008, Vol.23(2), 109-119.
Knaus, William J. 1979. Do It
Now How to Stop Procrastinating. New York : Prentice Hall
_______________. 2010. “End Procrastination Now!”. New York :
The McGraw
Lestari, S. 2012. Psikologi
Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta :
Kencana.
Mayasari, Meirina D, dkk. 2010. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran Dosen
Dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Hang Tuah Surabaya. INSAN:
Vol. 12(2), 95-103.
Najah, A. 2007. Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Pola
Asuh Orangtua dengan Motivasi Belajar. Surakarta.
Prillicia,G., Andriani, Fitri. 2012. Pengaruh Konformitas dan
Persepsi Mengenai Gaya Pengasuhan Otoriter Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja
(JuvenileDeliquency). Jurnal Psikologi UNAIR. VOL: 1 (02). 1-8
Pychyl, Timothy A.,
Coplan, Robert J & Reid, Pamela A.M. 2002. Parenting and Procrastination:
Gander Differences in the Relation Between Procrastination, Parenting Style and
Self-Worth in Early Adolescence. Journal
Personality and Individual Differences 33
( 271-285).
Roudhotul, Siti. 2012. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Pembentukan
Kepribadian. Bersab vol.
1 no. 1 Januari 2012.
Rizvi, A.,
Prawitasari, J.E., & Soetjipto, H.S. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri
sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal
Psikologika No.3 tahun II. Yogyakarta.
Santoso, S. 2010. Statistik
Multivariat. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Santrock, J. 2002. Life
Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. 2003. Adolescence
Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Solomon, L J and Rothblum, E D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and
Cognitive-Behavioral Correlates. Journal
of Counselling Psychology Vol. 31 No.4, 503-509.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka
Setia.
Sirois, Fuschia. M. (2004). Procrastination and counterfactual thingking:
avoiding what night have been. The
british journal of social psychology. [on-line]. Tanggal 15 Okt 2012.
Avalaible FTP: proquest.umi.com/pqdweb.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode
Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiono.
2008. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tondok, Sampe., Ristyadi, dan Aniva. (2008) Prokrastinasi Akademik
dan Niat Membeli Skripsi. Anima: Indonesian Psychological Journal 2008, Vol. 24, no 1, 76-87.